Dukung Kreator Sumber Daya Pikiran

Situs dalam Proses Pemulihan!

Cari Artikel

Materialisme Historis dalam Melihat Peralihan Makna Kerja

Pekerja di Masa Revolusi Industri - Canva

Sumber Daya Pikiran - Marilah kita sejenak untuk merenungkan, tentang bagaimana sebuah kehidupan yang dilakukan oleh para penduduk desa di masa lampau. Di masa tersebut, orang-orang bekerja di ladang untuk menghasilkan makanan yang bergizi dan memenuhi kebutuhan pokok mereka. Periode dimana konsumsi pokok harian diproduksi oleh perorangan, dengan metode kerja secara berkelompok dan tidak melibatkan interaksi manusia yang kompleks, sebagaimana kita temukan di pabrik atau kantor.

Di desa, orang-orang menggunakan alat sederhana seperti cangkul dan kereta kayu untuk membantu pekerjaan mereka. Kehidupan mereka sangat bergantung pada hasil pertanian dan alat-alat yang mereka buat sendiri. Interaksi antar individu juga terjadi secara alami.

Memasuki abad ke 17, teknologi baru ditemukan. Orang-orang mulai mengetahui bagaimana cara membuat mesin pertanian yang lebih cepat dan meningkatkan efisiensi yang dapat mereka lakukan. Dengan mesin ini, mereka dapat mengolah lahan dengan lebih cepat dan memproduksi lebih banyak makanan. Seiring berjalannya waktu, teknologi ini menyebar ke desa-desa lain. Hal ini membawa perubahan besar dalam cara orang-orang bekerja dan menjalani kehidupan. Teknologi telah merubah cara kita untuk menciptakan barang-barang dan melakukan produksi. Realitas kehidupan ini juga telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan manusia lainnya.

Pada saat zaman berubah, kita melihat perubahan dalam jenis pekerjaan yang orang lakukan. Di kota-kota besar, kita mulai melihat pabrik-pabrik besar yang menghasilkan barang dengan cepat menggunakan alat berat dan mesin yang bisa dioperasionalkan tanpa adanya bantuan dari tangan manusia. Orang-orang desa melakukan migrasi ke kota-kota besar untuk bekerja di pabrik-pabrik tersebut. Hal ini memulai trend urbansiasi dengan dorongan ekonomi.

Namun, sementara teknologi dalam industri terus berkembang, tidak semua orang merasakan manfaat yang sama. Kebanggaan seorang pekerja dalam menciptakan barang tergantikan oleh dorongan untuk melakukan produksi massal dengan jumlah sebesar-besarnya. Hubungan timbal balik antara Buruh dan Majikan di era Kapitalisme tidak menggantikan hierarki yang telah lama ada di masa Feodalisme.

Periode waktu berubah, begitupun dengan sistematika kerja yang terjadi dalam struktur industri. Para buruh yang bekerja di pabrik sering kali harus bekerja dalam kondisi yang sulit, melewati jam kerja yang panjang dan upah yang rendah. Kondisi lapangan kerja yang terbatas memaksa para buruh tersebut untuk mengikuti pola kerja yang telah tersedia.

Sistem kerja yang baru sedikit demi sedikit mempengaruh tentang bagaimana buruh memiliki hak atas kondisi hidup mereka. Kenyataannya, para buruh tersebut tidak memiliki kendali atas apa yang mereka produksi dan sering merasa terasing dari hasil kerja mereka. Orang-orang kehilangan rasa kepemilikan dan kepuasan terhadap pekerjaan mereka. Mungkin kita bisa saja melihat pekerja-pekerja yang harus bekerja dalam kondisi yang sulit atau memiliki pekerjaan yang tidak stabil. Produksi berubah secara cepat dan orang-orang kehilangan ikatan pribadi dengan barang-barang yang mereka hasilkan.

Karl Marx. Photograph: Wikimedia Commons

Di abad ke 19 yang lalu, Karl Marx memperkenalkan konsep materialisme historis. Gagasan ini mengajarkan kita bahwa sejarah perkembangan masyarakat selalu terkait erat dengan perubahan dalam produksi. Namun, ketika matahari terbenam di balik gedung pencakar langit modern, kita juga melihat bayang-bayang kemiskinan struktural yang membayangi kota-kota besar. Materialisme historis mengingatkan kita secara romantic tentang realitas yang dialami oleh banyak orang di tengah perubahan ekonomi cepat, terutama di kota-kota besar yang mengalami industri secara besar-besaran.

Marx menggambarkan masyarakat sebagai entitas yang selalu dalam perubahan. Perubahan ekonomi dan produksi menjadi pusat perhatian yang mempengaruhi roda perputaran sejarah. Industrialisasi membentuk tonggak penting yang telah membentuk wajah masyarakat modern. Namun, sebagai lampu kilauan pabrik menyala di tengah kabut asap yang tebal dari cerobong asapnya, dampaknya terasa tidak merata di antara para pemilik pabrik yang tinggal di perumahan mewah dan warga kota yang hanya merasakan polusinya.

Dalam putaran waktu yang terus bergulir, masyarakat mengalami evolusi yang tak terelakkan. Di tengah aliran waktu, kita melihat pergeseran dramatis dalam cara produksi dan ekonomi beroperasi. Industri tradisional digantikan oleh sektor jasa dan teknologi yang semakin maju. Gairah untuk melakukan wirausaha terkadang hanyalah sebuah fatamorgana di siang bolong. Sebuah nilai kerja akan sulit tercapai tanpa didorong oleh besarnya dana yang dikeluarkan oleh Kapitalis.

Masyarakat modern seperti sekarang, kita masih bisa melihat pengaruh materialisme historis. Perubahan teknologi seperti komputer dan internet telah mengubah cara kita bekerja dan berkomunikasi. Industri tradisional digantikan oleh sektor jasa dan teknologi. Inovasi yang cepat merambah ke berbagai aspek kehidupan kita, merombak cara kita berinteraksi, bekerja, dan berbelanja. Namun, di tengah gemerlapnya teknologi, ada lapisan masyarakat yang tertinggal jauh.

Gagasan Marx tentang materialisme historis mengajarkan kita bahwa perubahan dalam produksi memiliki konsekuensi yang mendalam bagi masyarakat. Namun, ini juga mengingatkan kita bahwa kita memiliki peran dalam membentuk arah perubahan ini untuk menciptakan solusi yang lebih baik bagi masalah kemiskinan struktural yang masih melilit banyak warga kota. Dengan pemikiran ini, kita dapat menatap masa depan dengan harapan bahwa perubahan dapat memberikan manfaat bagi semua lapisan masyarakat, menciptakan masyarakat yang lebih adil, sejahtera dengan semua cara dan pendekatan yang mengutamakan hasil yang berkelanjutan.