Materialisme Historis dalam Melihat Peralihan Makna Kerja
Di desa, orang-orang menggunakan
alat sederhana seperti cangkul dan kereta kayu untuk membantu pekerjaan mereka.
Kehidupan mereka sangat bergantung pada hasil pertanian dan alat-alat yang
mereka buat sendiri. Interaksi antar individu juga terjadi secara alami.
Memasuki abad ke 17, teknologi
baru ditemukan. Orang-orang mulai mengetahui bagaimana cara membuat mesin
pertanian yang lebih cepat dan meningkatkan efisiensi yang dapat mereka lakukan. Dengan mesin ini, mereka dapat mengolah lahan dengan lebih cepat dan
memproduksi lebih banyak makanan. Seiring berjalannya waktu, teknologi ini
menyebar ke desa-desa lain. Hal ini membawa perubahan besar dalam cara orang-orang
bekerja dan menjalani kehidupan. Teknologi telah merubah cara kita untuk
menciptakan barang-barang dan melakukan produksi. Realitas kehidupan ini juga telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi dengan manusia lainnya.
Pada saat zaman berubah, kita
melihat perubahan dalam jenis pekerjaan yang orang lakukan. Di kota-kota besar,
kita mulai melihat pabrik-pabrik besar yang menghasilkan barang dengan cepat menggunakan alat berat dan mesin yang bisa dioperasionalkan tanpa adanya
bantuan dari tangan manusia. Orang-orang desa melakukan migrasi ke kota-kota
besar untuk bekerja di pabrik-pabrik tersebut. Hal ini memulai trend urbansiasi
dengan dorongan ekonomi.
Namun, sementara teknologi dalam
industri terus berkembang, tidak semua orang merasakan manfaat yang sama. Kebanggaan
seorang pekerja dalam menciptakan barang tergantikan oleh dorongan untuk melakukan produksi massal dengan jumlah sebesar-besarnya. Hubungan timbal balik
antara Buruh dan Majikan di era Kapitalisme tidak menggantikan hierarki yang
telah lama ada di masa Feodalisme.
Periode waktu berubah, begitupun
dengan sistematika kerja yang terjadi dalam struktur industri. Para buruh yang
bekerja di pabrik sering kali harus bekerja dalam kondisi yang sulit, melewati
jam kerja yang panjang dan upah yang rendah. Kondisi lapangan kerja yang
terbatas memaksa para buruh tersebut untuk mengikuti pola kerja yang telah
tersedia.
Sistem kerja yang baru sedikit
demi sedikit mempengaruh tentang bagaimana buruh memiliki hak atas kondisi
hidup mereka. Kenyataannya, para buruh tersebut tidak memiliki kendali atas apa
yang mereka produksi dan sering merasa terasing dari hasil kerja mereka. Orang-orang
kehilangan rasa kepemilikan dan kepuasan terhadap pekerjaan mereka. Mungkin kita
bisa saja melihat pekerja-pekerja yang harus bekerja dalam kondisi yang sulit
atau memiliki pekerjaan yang tidak stabil. Produksi berubah secara cepat dan
orang-orang kehilangan ikatan pribadi dengan barang-barang yang mereka
hasilkan.
![]() |
Karl Marx. Photograph: Wikimedia Commons |
Marx menggambarkan masyarakat
sebagai entitas yang selalu dalam perubahan. Perubahan ekonomi dan produksi
menjadi pusat perhatian yang mempengaruhi roda perputaran sejarah.
Industrialisasi membentuk tonggak penting yang telah membentuk wajah masyarakat
modern. Namun, sebagai lampu kilauan pabrik menyala di tengah kabut asap yang
tebal dari cerobong asapnya, dampaknya terasa tidak merata di antara para
pemilik pabrik yang tinggal di perumahan mewah dan warga kota yang hanya
merasakan polusinya.
Dalam putaran waktu yang terus
bergulir, masyarakat mengalami evolusi yang tak terelakkan. Di tengah aliran
waktu, kita melihat pergeseran dramatis dalam cara produksi dan ekonomi
beroperasi. Industri tradisional digantikan oleh sektor jasa dan teknologi yang
semakin maju. Gairah untuk melakukan wirausaha terkadang hanyalah sebuah
fatamorgana di siang bolong. Sebuah nilai kerja akan sulit tercapai tanpa
didorong oleh besarnya dana yang dikeluarkan oleh Kapitalis.
Masyarakat modern seperti
sekarang, kita masih bisa melihat pengaruh materialisme historis. Perubahan
teknologi seperti komputer dan internet telah mengubah cara kita bekerja dan
berkomunikasi. Industri tradisional digantikan oleh sektor jasa dan teknologi. Inovasi
yang cepat merambah ke berbagai aspek kehidupan kita, merombak cara kita
berinteraksi, bekerja, dan berbelanja. Namun, di tengah gemerlapnya teknologi,
ada lapisan masyarakat yang tertinggal jauh.
Gagasan Marx tentang materialisme
historis mengajarkan kita bahwa perubahan dalam produksi memiliki konsekuensi
yang mendalam bagi masyarakat. Namun, ini juga mengingatkan kita bahwa kita
memiliki peran dalam membentuk arah perubahan ini untuk menciptakan solusi yang
lebih baik bagi masalah kemiskinan struktural yang masih melilit banyak warga
kota. Dengan pemikiran ini, kita dapat menatap masa depan dengan harapan bahwa
perubahan dapat memberikan manfaat bagi semua lapisan masyarakat, menciptakan
masyarakat yang lebih adil, sejahtera dengan semua cara dan pendekatan yang
mengutamakan hasil yang berkelanjutan.