Ilustrasi - Manusia dan Otoritarianisme
Erich Fromm, seorang filsuf, psikolog, dan psikoanalis terkemuka abad ke-20, dalam salah satu karya besarnya, ia menulis tentang kondisi manusia dalam cengkraman otoritarianisme. Dalam bukunya yang berjudul, "Escape from Freedom" (1941), Fromm menjabarkan tentang bagaimana kompleksitas psikologis seorang manusia di balik fenomena sosial yang mengkhawatirkan seperti otoritarianisme dan totaliterisme. Pandangannya yang dipengaruhi oleh teori psikoanalisis dan analisis sosial yang ia lakukan. tulisan yang Fromm buat ini membuka jendela ke dalam alam bawah sadar tentang kondisi individu dan dinamika kekuasaan dalam masyarakat.
Pada awal tahun 1940-an, ketika dunia tengah dilanda konflik global dan munculnya rezim otoriter di berbagai belahan dunia, Erich Fromm mendedikasikan tulisan yang berjudul "Escape from Freedom" sebagai analisis tajam terhadap fenomena sosial yang muncul. Dalam karya ini, Fromm bertujuan untuk memahami motif di balik mengapa individu seringkali merasa terpaku oleh otoritarianisme dan mengapa masyarakat cenderung mengalami pemiskinan moral saat dihadapkan pada ketidakpastian dan kebebasan yang absolut.
Fromm menggabungkan pendekatan psikoanalisis Freudian dengan analisis sosial yang mendalam untuk memahami perilaku manusia dalam konteks sosial-politik yang luas. Menurut Fromm, kebutuhan psikologis dasar manusia, seperti kebutuhan akan keamanan dan identitas, sanagt mempengaruhi dalam membentuk perilaku individu dan dinamika masyarakat yang berkembang.
Dalam kerangka psikoanalisis, Fromm memandang konsep kecemasan eksistensial yang mendasari perilaku manusia muncul ketika individu menghadapi ketidakpastian dan kebebasan absolut, yang dapat mengancam rasa aman dan stabilitas psikologis mereka. Untuk mengatasi kecemasan ini, individu cenderung mencari perlindungan dalam bentuk otoritarianisme, di mana otoritas eksternal dianggap sebagai sumber keamanan dan arahan.
Bagi Fromm, kebutuhan manusia akan perlindungan adalah salah satu faktor kunci yang mendorong munculnya otoritarianisme. Dalam situasi ketidakpastian dan ketakutan, individu cenderung mencari struktur dan arahan yang jelas, bahkan jika itu berarti menyerahkan kebebasan pribadi mereka. Otoritarianisme menawarkan jaminan palsu akan keamanan dan stabilitas melalui penekanan pada hierarki, disiplin yang ketat, dan pengendalian otoriter.
Di dalam masyarakat otoriter, konformitas dianggap sebagai nilai utama, dan individu yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ditetapkan diperlakukan sebagai ancaman terhadap kestabilan sistem. Hal ini menghasilkan pengendalian sosial yang ketat dan penindasan terhadap kebebasan individu, sebagaimana yang terlihat dalam rezim-totaliter yang membatasi ekspresi dan partisipasi politik. Dinamika Kekuasaan dan Kontrol
Dinamika kekuasaan dalam masyarakat otoriter, bagi Fromm, di saat otoritas yang menguasai menyebarkan kepatuhan dan loyalitas melalui propaganda, represi, dan manipulasi psikologis. Individualitas dan kemandirian dipandang sebagai ancaman, dan kesetiaan kepada otoritas dianggap sebagai tanda kepatuhan yang diinginkan.
Dalam hal ini, Fromm menggambarkan bagaimana otoritarianisme menciptakan budaya yang menghargai kesetiaan buta dan menghukum kritik terhadap rezim. Hal ini menciptakan lingkungan di mana individu merasa terpaksa untuk menyembunyikan pemikiran dan perasaan mereka sendiri demi keberlangsungan hidup, sehingga mengurangi ruang bagi diskusi terbuka dan perkembangan pribadi.
Analisis Fromm tentang otoritarianisme memiliki implikasi yang mendalam dalam pemahaman tentang sifat manusia terhadap dinamika sosial yang terjadi. Kerentanan individu terhadap kebutuhan akan perlindungan dan keamanan, Fromm menyoroti pentingnya membangun masyarakat yang menawarkan rasa keamanan yang nyata melalui partisipasi demokratis, keadilan sosial, dan penghargaan terhadap kebebasan individu.
Pertimbangan etis juga menjadi penting dalam analisis Fromm tentang otoritarianisme. Dia menegaskan bahwa penghormatan terhadap martabat dan kebebasan individu adalah prinsip yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang bermartabat. Dengan demikian, otoritarianisme dan segala bentuk penindasan terhadap kebebasan individu harus ditentang sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.
Referensi
1. Fromm, E. (1941). Escape from Freedom. New York: Henry Holt and Company.