Sumber Daya Pikiran - Filsafat adalah studi tentang pencarian hakikat dan kebenaran atas segala sesuatu. Dalam filsafat, kebanyakan orang akan memulainya dengan pertanyaan skeptis tentang hakikat dari suatu hal, sebelum lebih jauh menelisik ke dalam analisa yang mendalam tentang segala sesuatu. Dalam Filsafat mencakup berbagai pertanyaan yang esensial, dimulai dari pertanyaan tentang konsep-konsep dasar dari eksistensi, elaborasi pengetahuan, perspektif nilai, moral, etika, logika, dan apapun yang berkaitan dengan keadilan.
Mempelajari filsafat bukanlah perihal yang mudah, karena
ketekunan dan kesadaran yang utuh dibutuhkan dalam menerjemahkan setiap
pemikiran secara jernih dan mendalam. Para pemikir ulung, yang orang kenal
julukannya sebagai filsuf, memusatkan objek kehidupan yang melekat kepada
dirinya sebagai tugas mulia untuk mencari kebenaran. Alasannya, tentu
dikarenakan filsuf merupakan para pionir spiritual, yang memiliki komitmen
terhadap argumentasi intelektual dalam menerjemahkan segala fenomena yang
terjadi di tengah masyarakat.
Para filsuf telah memilih untuk menapaki jalan panjang
menuju pemahaman mendalam tentang esensi kehidupan. Semua usaha yang mereka
lakukan dalam hidup tidak pernah lepas dari motif untuk menjawab pertanyaan
yang terlintas dalam kepala mereka masing-masing. Sebuah pertanyaan yang diawali
dengan kata "kenapa?". Rangkaian
panjang dari perjalanan seumur hidup yang dilakukan oleh para filsuf adalah
langkah untuk menerjemahkan masalah-masalah kompleks dan membaginya ke dalam
komponen-komponen kecil.
Pada hakikatnya, filsafat tumbuh dari keinginan manusia
untuk memahami kebenaran yang mendasari pertanyaan tentang eksistensi dan
kehidupan. Dalam langkahnya, para filsuf berupaya untuk membuka pintu masuk ke
dalam dunia ilmu pengetahuan yang luas dan menyelam secara mendalam. Semua
pertanyaan mendasar yang pada gilirannya menjadi langkah kecil untuk
melanjutkan tahapan menemukan kebenaran, yang sangat berguna untuk
mendasari langkah-langkah selanjutnya.
Keresahan yang terjadi di tengah masyarakat, selalu dimulai
dengan pertanyaan "kenapa?”. Perasaan tidak puas yang mereka hadapi saat
bersinggungan dengan realita sebagaimana yang tampak di permukaan memaksa
mereka untuk keluar secara lebih mendalam menyelami akar masalah dan memulai
penyelidikan esensial dari setiap fenomena yang mereka temukan. Pertanyaan ini
adalah bagian penting yang berusaha untuk memahami, melakukan perincian, dan mencari
jawaban kehidupan ke dalam komponen-komponen yang dapat diartikulasikan dengan
kata-kata yang lebih sederhana.
Dalam menemukan jawaban atas permasalahan, para filsuf memandang
durasi panjang dari kehidupan hanyalah gabungan teka-teki raksasa yang dapat
diurai menjadi bagian-bagian lebih kecil. Para filsuf menggunakan logika dan
rasionalitas yang mereka miliki untuk merinci setiap temuan dan menguraikannya ke
dalam asumsi kebenaran dan membuka jalan untuk pemahaman yang lebih mendalam. Para
filsuf menciptakan landasan untuk memberikan solusi yang lebih menyeluruh.
Filsafat bukanlah petualangan yang singkat, bukan sesuatu
yang bisa didapatkan secara instan. Sebaliknya, menerjemahkan segala pengalaman
yang sulit ke dalam perjalanan seumur hidup adalah tugas yang berat dan
berlangsung seumur hidup. Menjawab setiap pertanyaan "kenapa?" tentu
saja membawa mereka secara lebih dalam ke arah pemahaman. Secara inheren, garis
waktu yang mereka lakukan membentuk rangkaian panjang yang mencatat sejarah kehidupan
dan mengabadikan pemikiran mereka. Jalan filsafat adalah jalan ninja yang penuh
lika-liku, dengan tantangan yang perlu dilakukan di setiap tahapannya,
yakni memberikan pemahaman baru dan interpretasi atas makna sosial yang terjadi.
Sebuah pertanyaan tentu saja digaungkan oleh sebagian orang.
Mengapa filsuf mau menempuh perjalanan panjang itu? Jawabannya terletak pada
hasrat mereka untuk menemukan kebahagiaan sejati. Dalam mencari kebenaran, para
filsuf akan menemukan kepuasan spiritual yang secara rutin mengasah kemampuan intelektual
yang mereka miliki. Bagi mereka, Kebahagiaan sejati adalah hasil dari kepuasan
yang mereka peroleh dari kemampuan untuk memahami realitas kehidupan secara
menyeluruh. Kemampuan ini tentu perlu diiringi dengan keberanian untuk secara
konfrontatif mempertanyakan dan menggali setiap aspek kehidupan.
Jalan yang dilalui oleh para Filsuf tidak dilewati dengan
rute perjalanan mencari kebenaran yang nyaman, tetapi perlu berhadapan dengan
segala norma sosial yang berlaku di tengah masyarakat, yang sesekali ditolak validitasnya.
Menyelami wilayah-wilayah gelap dari kebenaran dan bersinggungan dengan
problematika dari seluruh kehidupan manusia yang seutuhnya.
Dalam menghadapi kebenaran yang sulit diterima oleh
kebanyakan telinga masyarakat, para filsuf tidak lupa juga untuk beradaptasi
dengan perubahan sosial yang terjadi secara berkesinambungan, menciptakan
sirkuit perubahan demi perubahan. Para filsuf juga membuka diri terhadap kenyataan
pahit yang mereka terima setelah melihat berantakannya kondisi moral, keterpurukan
sosial, dan keterasingan diri dari orang-orang secara eksistensial. Dalam
menempuhnya tentu dibutuhkan keberanian untuk dapat membangun fondasi kebijaksanaan.
Keterbukaan terhadap kebenaran, termasuk yang sulit diterima
oleh akal manusia. Kebenaran selalu menjauhkan kita dari realitas imajiner yang
telah melekat ke dalam diri, menyadari realita membuat kita merasakan keterasingan
yang hebat. Ada alasan-alasan eksistensial yang melatarbelakanginya. Namun,
berani untuk mengambil takdir dan menempuh jalan kebenaran akan membawa kesadaran
diri pada tingkatan yang mendalam.
Kehidupan tanpa ilusi yang ditimbulkan oleh norma sosial telah dikontruksikan jauh sebelum manusia-manusia ini lahir memberikan keterbatasan
dan perasaan terkekang. Namun, dengan menempuh jalan sunyi dari para seniman
pikiran inilah kita akan dapat ikut merasakan kebebasan dan kepuasan batin.
Kesadaran diri yang timbul dari hasil perjalanan filosofis yang para filsuf
lakukan adalah tahapan yang pertama dan menjadi kunci untuk menemukan kebahagiaan
sejati.
Menyaksikan bahwa kecepatan informasi yang terjadi di era modern, ditambah dengan hubungan antar manusia yang berlangsung dengan sangat rumit, membuat tuntutan yang perlu dilakukan oleh seseorang meningkat pesat. Walaupun begitu, dalam setiap sendi kehidupan, dimana moral dijunjung setinggi langit dan hukum dirasakan perlu untuk menciptakan keadilan, subjek tentang filsafat tetap relevan.
Pertanyaan-pertanyaan lanjutan dari "kenapa?" tetap menjadi dasar untuk memahami dan memberikan sikap atas realitas yang terus berkembang seiring zaman. Keterbukaan dan keberanian yang mereka tunjukan dalam menghadapi kehidupan yang berlangsung secara kompleks membuat para filsuf menjadi peran yang masih sangat dibutuhkan hingga dekade ini.