Sumber Daya Pikiran - Era modern yang menjanjikan kemudahan dalam setiap aspek kehidupan. Teknologi memudahkan akses informasi, komunikasi, dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Meskipun ini membawa manfaat, Erikson menekankan bahwa kemudahan ini dapat menciptakan tantangan dalam pengembangan identitas. Di tengah kemudahan hidup, individu mungkin merasa kurang termotivasi untuk mengeksplorasi potensi dan menetapkan tujuan hidup yang bermakna.
Modernisasi adalah sebuah keniscayaan, di saat manusia
berpikir maju, menciptakan peradaban dan memasuki tahap industrialisasi yang melakukan
perataan teknologi ke semua lini. Era modern yang saat ini kita hadapi memasuki
sebuah fase perkembangan dinamis, dimana industrialisasi teknologi yang
meminimalisir biaya produksi mengakibatkan murahnya harga jual dan
terjangkaunya akses sebagai komoditas yang dapat dikonsumsi oleh semua
tingkatan kelas.
Semua kenyamanan, kemudahan, dan teknologi tersebut
merevolusi tentang cara kita hidup dan bertahan hidup. Namun, dibalik kemudahan
ini, kita dapat menemukan resiko tersembunyi yang jarang sekali dipahami, yakni
fase stagnasi dalam pengembangan. Seperti yang kita tahu, kehidupan yang
berarti pertumbuhan dan perkembangan manusia secara fisik, mental dan karakter
didorong juga oleh semua perangkat yang memudahkan kita dalam melakukan
berbagai hal.
Ada berbagai gawai seperti laptop yang menggantikan mesin tik,
ada teknologi printing yang menggantikan mesin cetak, ada ponsel pintar yang
menggatikan semua model komunikasi konvensional, untuk bertatap muka kita tidak
perlu melakukan pertemuan langsung dan cukup memanfaatkan fitur video call di
ponsel kita.
Bagi Erik Erikson, yang merupakan salah satu psikolog yang
memiliki fokus kajian pada human behavior, atau kebiasaan manusia menyatakan bahwa pentingnya ketahanan atau daya tahan sebagai fitur yang penting untuk
diinstal dalam diri manusia untuk mendorong pertumbuhan pribadi dan
mengantisipasi fase stagnasi, yang tentu saja dialami oleh setiap individu selama
tahap perkembangannya.
Dalam karyanya yang berjudul "Identity: Youth and
Crisis," Erikson berpandangan bahwa pentingnya mengatasi krisis identitas
adalah cara mencapai integritas di akhir
hidup. Dia menciptakan narasi tentang pengembangan pribadi yang diibaratkan
sebagai pertempuran alam bawah sadar dengan tantangan dan krisis yang memaksa
seseorang untuk mencapai pemahaman diri yang lebih dalam.
Bagi Erikson, stagnasi adalah keadaan di mana individu tidak
dapat beradaptasi atau mengatasi tantangan yang muncul dalam kehidupan mereka.
Era modern telah memberikan kenyamanan dalam berbagai lini kecanggihan yang bermunculan, menciptakan sebuah atmosfir di mana manusia mengalami
sedikit tantangan dalam hidup, yang pada hakikatnya merupakan sebuah
katalisator untuk merangsang pertumbuhan diri.
Individu mungkin saja enggan untuk menghadapi rintangan dan
memilih jalur yang paling mudah, yang secara tidak disadari kebiasaan ini akan
sangat mempengaruhi tentang caranya untuk meningkatkan resiliensi, atau
siaft-sifat adaptif. Resiliensi adalah bagian dari kemampuan yang perlu
dimiliki oleh seseorang untuk dapat bangkit dari kesulitan, belajar dari
pengalaman, dan terus berkembang meskipun adanya rintangan.
Dalam menghadapi stagnasi, individu perlu untuk mengakui
bahwa tantangan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tantangan merupakan sesuatu yang dapat membentuk karakter dan meningkatkan kemampuan individu untuk
beradaptasi di dalam berbagai kondisi.
Teknologi yang muncul di era ini terbukti telah memberikan
jawaban instan dan hiburan tanpa batas dengan sedikit upaya tentu saja menjadi
penyebab dari perasaan tidak puas jangka panjang, karena apa yang seseorang
dapatkan tidak melalui pertimbangan tertentu yang memicu pada rasa yakin dan
rasa puas.
Ketika individu tidak dihadapkan pada tantangan signifikan
atau perjuangan yang membutuhkan pertumbuhan pribadi, mereka mungkin rentan
terhadap stagnasi dan perasaan kekosongan dalam jangka waktu yang panjang.
Bagi Erikson, stagnasi secara berkala menggerogoti
kebahagiaan, merugikan kesejahteraan psikologis serta mendegradasi tingkat
emosional seseorang. Individu yang tidak menghadapi tantangan
signifikan atau tidak mengejar tujuan berarti dapat merasa kehilangan arah dan
makna dalam hidup, yang akan memberikan dampak negatif pada kesejahteraan
mental, memicu perasaan kekosongan, gangguan kecemasan, atau perasaan depresi.
Meskipun era modern menghadirkan kenyamanan dan kemudahan yang tidak pernah dirasakan bagi manusia secara umum, kita perlu waspada terhadap potensi dampak negatifnya terhadap perkembangan pribadi. Perspektif Erikson mengingatkan kita akan bahaya stagnasi jika kemudahan hidup tidak seimbang dengan tantangan pengembangan pribadi yang menghadapi hidup yang sederhana dengan tidak menjauhi segala masalah dan bersikap adaptif.