Sumber Daya Pikiran - Keyakinan adalah sebuah reaksi yang muncul dari dinamika perdebatan, yang terjadi secara eksternal, ataupun dalam internal diri kita. Reaksi manusia terhadap keraguan adalah bagian yang tak terpisahkan dari upaya manusia untuk memberikan arti pada kehadiran dirinya dan memberikan makna pada apapun yang melekat ke dalam dirinya. Keyakinan yang dianut oleh sesoerang adalah landasan yang memberikan arah pada kehidupan manusia.
Keyakinan dapatlah merupakan
sebuah penggabungan holistik diantara nilai ajar dalam agama, moral, atau semua
agenda filosofis yang manusia lakukan sepanjang hidupnya. Dalam kerangka agama,
keyakinan mencakup keyakinan pada Tuhan dan kekuatan rohaniah. Adapun dalam
kajian moral dan filsafat, keyakinan merujuk pada prinsip-prinsip etika atau
pandangan yang berkenaan dengan hakikat, kebenaran dan keadilan.
Namun sebelum masuk ke dalam
keyakinan, manusia perlu menyadari bahwa keyakinan tidak muncul dengan
sendirinya. Namun memiliki dasar yang kuat berdasarkan sebuah perjalanan
empiris dari manusia-manusianya. Perbedaan keyakinan yang dianut oleh seseorang
tentu merupakan gabungan nilai yang berbeda dari nilai ajar di tempat lainnya,
hal ini yang kadang membuat sebuah nilai moral bersifat relatif.
Keraguan merupakan pilar pertama
dalam eksplorasi manusia menuju kealam yang tak kasat mata, yakni masuk ke area pemikiran yang mengkonstruksikan nilai berdasarkan hakikatnya. Dikatakan baik
jikalau itu benar, dan dikatakan buruk jikalau itu salah. Sejak zaman kuno,
para pemikir telah merenungkan tentang makna dan batasan pengetahuan yang mereka
pelajari dan mereka kembangkan. Keraguan muncul ketika manusia mulai
mempertanyakan kebenaran yang diterima sebagai norma.
Selanjutnya, saat keraguan itu
muncul di benak, manusia secara alamiah mulai mempertanyakan eksistensi yang
dapat mempermudah manusia melakukan penalaran, dengan identifikasi terhadap
objek berfikir. Eksistensi, merupakan konsep yang terkait erat dengan
pertanyaan dasar tentang "mengapa ada sesuatu daripada tidak ada sama
sekali?" adalah sebuah dasar yang mendalam untuk para pemikir mulai
berbagai pertanyaan lain yang menjadi pusat perhatian.
Pemikiran tentang eksistensi berusaha
memahami hakikat keberadaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemikiran
tentang eksistensi tidak hanya mencakup dimensi fisik, tetapi juga dimensi
metafisika dan makna hidup yang bersifat artifisial, atau tidak berwujud visual.
Dalam sisi filsafat, ada juga filsafat eksistensialisme yang menyatakan bahwa eksistensi manusia mendahului esensinya, dan sepanjang hidupnya manusia
terlibat dalam proses pencarian makna eksistensial mereka sendiri.
Dalam tradisi filsafat barat, Descartes menggambarkan keraguan sebagai fondasi untuk membangun pengetahuan yang kokoh, dengan slogan yang populer di kalangan pembaca filsafat "Cogito, ergo sum", artinya Saya berpikir, maka saya ada. Menyatakan bahwa keraguan memicu proses refleksi yang mendalam dan menjadi pintu gerbang bagi pemahaman manusia untuk memahami tentang eksistensi dan keyakinan.
Filsafat, sebagai kajian mendalam
tentang kehidupan, eksistensi, dan kebenaran memiliki akar yang penting pada dua elemen kunci: keraguan dan konsistensi. Tanpa keraguan, filsafat tidak
dapat berkembang; tanpa konsistensi, filsafat tidak akan memberikan landasan
yang kokoh bagi pendirian diri. Inilah dinamika yang meresap dalam esensi
filsafat, membentuk landasan yang tak tergantikan bagi pemikiran dan tindakan
manusia.
Dalam berfilsafat, keraguan
adalah batu loncatan pertama untuk memasuki sebuah dimensi berfikir ala
filsuf. Saat seseorang mulai menghadapi ketidakpastian dan ketidakmengertian dalam
kehidupan, itulah awal mula manusia mulai berfikir secara filosofis, dan dalam
benaknya terdorong untuk memulai pertanyaan-pertanyaan secara filosofis.
Keraguan mendorong manusia untuk
merenung dan mencari jawaban, menggali lebih dalam menuju makna eksistensi,
moralitas, dan realitas yang tidak dapat dipahami secara naif. Renungan
filosofis lahir dari kebingungan, dan rasa ingin tahu manusia
terhadap dunia dan apapun yang ada di sekelilingnya. Keraguan memaksa kita
untuk melampaui apa yang tampak dan mempertanyakan keyakinan yang telah
menjadi kebenaran konvensional.
Namun, keraguan saja tidak akan menyelesaikan
semua pertanyaan yang ada di dalam benak kita. Keyakinan tidak akan muncul
dengan sendirinya tanpa dimulai dengan tindakan konsisten dari orang-orang yang
mulai mempertanyakan hakikat dan kebenaran. Konsistensi manusia untuk mendalami
makna yang terselubung dari segala hal adalah sebuah gairah yang dapat
menjaga pikiran kita sampai kepada keyakinan.
Konsistensi dalam filsafat bukan
berarti mendeklarasikan diri pada satu pandangan tanpa pertimbangan kritis dan
mendalam. Sebaliknya, konsistensi filsafat adalah tentang keselarasan antara
keyakinan dan pengetahuan yang diperoleh melalui refleksi dan diskusi yang
secara regular dilakukan.
Kegiatan berfilosofi membantu kita
untuk menciptakan suatu sistem nilai yang memberikan landasan yang kuat untuk
bertindak dan mengambil keputusan. Tanpa konsistensi, filsafat hanya akan
menjadi kumpulan ide-ide yang berceceran tanpa arah atau tujuan yang jelas.
Pendirian filosofis yang kokoh memerlukan keberanian untuk mempertahankan
keyakinan dalam menghadapi berbagai tantangan.
Dengan mengakui bahwa tidak ada filsafat tanpa keraguan, dan tidak akan ada pendirian tanpa konsistensi, kita menyadari bahwa filsafat adalah sebuah refleksi mendalam yang dinamis dari pemikiran manusia. Keseimbangan antara dua elemen ini menciptakan suatu sistem pemikiran yang tidak hanya mendalam tetapi juga relevan dengan tantangan zaman terlepas dari seberapa besarnya dinamika pemikiran yang dianut oleh manusia modern.