Upaya Meragukan Segala Sesuatu, Langkah Awal Sebelum Berfilsafat

Sumber Daya Pikiran - Keyakinan adalah sebuah reaksi yang muncul dari dinamika perdebatan, yang terjadi secara eksternal, ataupun dalam internal diri
Rene Descartes
Ilustrasi - Rene Descartes

Sumber Daya Pikiran - Keyakinan adalah sebuah reaksi yang muncul dari dinamika perdebatan, yang terjadi secara eksternal, ataupun dalam internal diri kita. Reaksi manusia terhadap keraguan adalah bagian yang tak terpisahkan dari upaya manusia  untuk memberikan arti pada kehadiran dirinya dan memberikan makna pada apapun yang melekat ke dalam dirinya. Keyakinan yang dianut oleh sesoerang adalah landasan yang memberikan arah pada kehidupan manusia.

Keyakinan dapatlah merupakan sebuah penggabungan holistik diantara nilai ajar dalam agama, moral, atau semua agenda filosofis yang manusia lakukan sepanjang hidupnya. Dalam kerangka agama, keyakinan mencakup keyakinan pada Tuhan dan kekuatan rohaniah. Adapun dalam kajian moral dan filsafat, keyakinan merujuk pada prinsip-prinsip etika atau pandangan yang berkenaan dengan hakikat, kebenaran dan keadilan.

Namun sebelum masuk ke dalam keyakinan, manusia perlu menyadari bahwa keyakinan tidak muncul dengan sendirinya. Namun memiliki dasar yang kuat berdasarkan sebuah perjalanan empiris dari manusia-manusianya. Perbedaan keyakinan yang dianut oleh seseorang tentu merupakan gabungan nilai yang berbeda dari nilai ajar di tempat lainnya, hal ini yang kadang membuat sebuah nilai moral bersifat relatif.

Keraguan merupakan pilar pertama dalam eksplorasi manusia menuju kealam yang tak kasat mata, yakni masuk ke area pemikiran yang mengkonstruksikan nilai berdasarkan hakikatnya. Dikatakan baik jikalau itu benar, dan dikatakan buruk jikalau itu salah. Sejak zaman kuno, para pemikir telah merenungkan tentang makna dan batasan pengetahuan yang mereka pelajari dan mereka kembangkan. Keraguan muncul ketika manusia mulai mempertanyakan kebenaran yang diterima sebagai norma.

Selanjutnya, saat keraguan itu muncul di benak, manusia secara alamiah mulai mempertanyakan eksistensi yang dapat mempermudah manusia melakukan penalaran, dengan identifikasi terhadap objek berfikir. Eksistensi, merupakan konsep yang terkait erat dengan pertanyaan dasar tentang "mengapa ada sesuatu daripada tidak ada sama sekali?" adalah sebuah dasar yang mendalam untuk para pemikir mulai berbagai pertanyaan lain yang menjadi pusat perhatian.

Pemikiran tentang eksistensi berusaha memahami hakikat keberadaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pemikiran tentang eksistensi tidak hanya mencakup dimensi fisik, tetapi juga dimensi metafisika dan makna hidup yang bersifat artifisial, atau tidak berwujud visual. Dalam sisi filsafat, ada juga filsafat eksistensialisme yang menyatakan bahwa eksistensi manusia mendahului esensinya, dan sepanjang hidupnya manusia terlibat dalam proses pencarian makna eksistensial mereka sendiri.

Dalam tradisi filsafat barat, Descartes menggambarkan keraguan sebagai fondasi untuk membangun pengetahuan yang kokoh, dengan slogan yang populer di kalangan pembaca filsafat "Cogito, ergo sum", artinya Saya berpikir, maka saya ada. Menyatakan bahwa keraguan memicu proses refleksi yang mendalam dan menjadi pintu gerbang bagi pemahaman manusia untuk memahami tentang eksistensi dan keyakinan.

Filsafat, sebagai kajian mendalam tentang kehidupan, eksistensi, dan kebenaran memiliki akar yang penting pada dua elemen kunci: keraguan dan konsistensi. Tanpa keraguan, filsafat tidak dapat berkembang; tanpa konsistensi, filsafat tidak akan memberikan landasan yang kokoh bagi pendirian diri. Inilah dinamika yang meresap dalam esensi filsafat, membentuk landasan yang tak tergantikan bagi pemikiran dan tindakan manusia.

Dalam berfilsafat, keraguan adalah batu loncatan pertama untuk memasuki sebuah dimensi berfikir ala filsuf. Saat seseorang mulai menghadapi ketidakpastian dan ketidakmengertian dalam kehidupan, itulah awal mula manusia mulai berfikir secara filosofis, dan dalam benaknya terdorong untuk memulai pertanyaan-pertanyaan secara filosofis.

Keraguan mendorong manusia untuk merenung dan mencari jawaban, menggali lebih dalam menuju makna eksistensi, moralitas, dan realitas yang tidak dapat dipahami secara naif. Renungan filosofis lahir dari kebingungan, dan rasa ingin tahu manusia terhadap dunia dan apapun yang ada di sekelilingnya. Keraguan memaksa kita untuk melampaui apa yang tampak dan mempertanyakan keyakinan yang telah menjadi kebenaran konvensional.

Namun, keraguan saja tidak akan menyelesaikan semua pertanyaan yang ada di dalam benak kita. Keyakinan tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa dimulai dengan tindakan konsisten dari orang-orang yang mulai mempertanyakan hakikat dan kebenaran. Konsistensi manusia untuk mendalami makna yang terselubung dari segala hal adalah sebuah gairah yang dapat menjaga pikiran kita sampai kepada keyakinan.

Konsistensi dalam filsafat bukan berarti mendeklarasikan diri pada satu pandangan tanpa pertimbangan kritis dan mendalam. Sebaliknya, konsistensi filsafat adalah tentang keselarasan antara keyakinan dan pengetahuan yang diperoleh melalui refleksi dan diskusi yang secara regular dilakukan.

Kegiatan berfilosofi membantu kita untuk menciptakan suatu sistem nilai yang memberikan landasan yang kuat untuk bertindak dan mengambil keputusan. Tanpa konsistensi, filsafat hanya akan menjadi kumpulan ide-ide yang berceceran tanpa arah atau tujuan yang jelas. Pendirian filosofis yang kokoh memerlukan keberanian untuk mempertahankan keyakinan dalam menghadapi berbagai tantangan.

Dengan mengakui bahwa tidak ada filsafat tanpa keraguan, dan tidak akan ada pendirian tanpa konsistensi, kita menyadari bahwa filsafat adalah sebuah refleksi mendalam yang dinamis dari pemikiran manusia. Keseimbangan antara dua elemen ini menciptakan suatu sistem pemikiran yang tidak hanya mendalam tetapi juga relevan dengan tantangan zaman terlepas dari seberapa besarnya dinamika pemikiran yang dianut oleh manusia modern.

Posting Komentar

Related Posts